PREDIKAT “SANG SUTRADARA”
-Memahami
Kalimat Bahasa Jepang –
Tahukah mina san bahwa predikat memegang peranan penting dalam
memahami suatu kalimat? Predikat adalah inti kalimat, ia akan senantiasa hadir
dalam semua pola kalimat. Namun dia tidak sekedar hadir, dialah yang menentukan
unsur apa saja yang diperlukan hingga terbentuknya kalimat.
Jika kita ingin membuat sebuah kalimat, maka tidak
cukup hanya mengumpulkan dan menderetkan kata-kata begitu saja. Terdapat pola
kalimat yang harus diikuti agar terbentuk kalimat yang gramatikal. Pola kalimat
dapat diibaratkan seperti bangku-bangku kosong yang berderet teratur, menunggu
kata-kata yang tepat untuk mengisi bangku-bangku tersebut.
Maka bayangkan predikat adalah sutradara yang
ingin membuat sebuah drama berupa kalimat bahasa Jepang. Ia sudah menentukan
posisinya tersendiri yang unik, yaitu bangku paling belakang (akhir kalimat).
Kemudian sebagai sutradara, predikat memanggil kata-kata lain menempati
bangku-bangku kosong yang tersedia untuk berperan sebagai subjek, objek, dan
atau keterangan, tergantung alur cerita drama tersebut (kalimat).
Misalnya, jika predikatnya
berupa verba “sunde iru (tinggal)”, maka dia memerlukan nomina untuk
mengisi peran utama subjek ‘siapa yang tinggal’ dan keterangan tempat ‘di mana
subjek tinggal’. Dia tidak memerlukan objek untuk berperan dalam dramanya.
(pola SKP)
Subjek Keterangan tempat Predikat
Kata-kata seperti “watashi (saya)”, “kare
(dia laki-laki)”, “musume (anak perempuan saya)”, dan sebagainya yang
termasuk ke dalam golongan pronomina persona, dapat menempati bangku subjek,
sementara nama kota, nama jalan, nama negara, dan sebagainya, adalah kata-kata
yang dipilih sutradara “sunde iru (tinggal)” untuk menempati bangku
keterangan tempat.
Lain halnya jika predikatnya
berupa verba “taberu (makan)”, maka selain pemeran utama subjek ‘siapa
yang makan’, dia juga membutuhkan objek ‘apa yang dimakan’. Sementara
keterangan tempat ‘di mana subjek makan’, atau keterangan waktu ‘kapan subjek
makan’ dapat ditambahkan sebagai pemeran pembantu untuk meramaikan drama
tersebut.
(pola SKOP) Subjek Keterangan
tempat Objek Predikat
Sama seperti di atas, pronomina persona dapat
menempati bangku ‘subjek’, nomina yang menyatakan nama-nama makanan dapat menempati
bangku ‘objek’. Kemudian nomina yang menyatakan tempat yang lazim dijadikan
tempat makan seperti “shokudou (kantin)”, “uchi (rumah)”, “resutoran (restoran)”,
“kouen (taman)”, dan sebagainya, dapat menempati bangku pemeran pembantu
‘keterangan tempat’.
Kemudian, untuk lebih dikenali posisi para pemain
tersebut sebagai apa, biasanya bangku-bangku tersebut diberi label (partikel)
sesuai dengan perannya. Misalnya, label “wa” untuk menerangkan bahwa bangku
tersebut diisi oleh subjek/topik pembicaraan, label “o” untuk objek suatu
perbuatan, dan label “ni” atau “de” untuk bangku keterangan tempat. Sekali
lagi, label apa yang harus ditempelkan di bangku ini pun ditentukan oleh
predikat sang sutradara. Misalnya, label “ni” dipilih oleh sang sutradara “sunde
iru” untuk ditempel pada bangku keterangan tempat, sementara label “de” dipilih
oleh sutradara “taberu” untuk ditempel pada bangku keterangan tempat.
WA NI
Subjek Keterangan tempat Predikat
“Anak perempuan saya tinggal di Jepang”
WA NI
Subjek Keterangan tempat Predikat
“Dia (laki-laki) tinggal di Jakarta”
WA DE O . Subjek Keterangan tempat Objek Predikat
“Saya makan es krim di taman”
WA DE O . Subjek Keterangan tempat Objek Predikat
“Saya makan sushi di restoran”
Dari ilustrasi di atas, terlihat betapa pentingnya
kita memahami karakter predikat. Tulisan selanjutnya akan mengupas lebih detail
lagi tentang karakter predikat sang sutradara. つづく。
Tidak ada komentar:
Posting Komentar